HORTEN HO 229
- Kru: 1 orang
- Panjang: 7,47 m (24 ft 6 in)
- Rentang Sayap: 16,76 m (55 ft)
- Tinggi: 2,81 m (9 ft 2 in)
- Bagian sayap: 50,20 m² (540.35 ft²)
- Berat kosong: 4.600 kg (10.141 lb)
- Berat terisi: 6.912 kg (15.238 lb)
- Berat maksimum tinggal landas: 8.100 kg (17.857 lb)
- Mesin: 2 buah Junkers Jumo 004B turbojet, 8,7 kN (1.956 lbf) masing-masingnya
- Kecepatan maksimum: Mach 0,92 = 977 km/jam (607 mph) di 12.000 m (39.370 ft)
- Radius tempur: 1.000 km (620 mil)
- Jarak angkut: 1.900 km (1.180 mil)
- Batas tertinggi terbang: 16.000 m (52.000 ft)
- Kecepatan tanjak: 22 m/detik (4.330 ft/menit)
- Berat sayap: 137,7 kg/m² (28.2 lb/ft²)
- Berat dorongan: 0,26
- Senjata: kanon 2 x 30 mm MK 108
- Roket: Roket R4M
- Bom: bom berbobot 2 x 500 kg (1.100 lb)
Dua bersaudara Walter dan Reimar Horten adalah para pionir dalam pembuatan
pesawat bersayap tanpa ekor, dan telah membangun secara berturut-turut
pesawat-pesawat 'layar' tanpa mesin berbentuk indah dengan performa menakjubkan
pada tahun 1936 s/d 1940, yang diikuti oleh sebuah contoh dengan dilengkapi dua
mesin pendorong. Pengalaman mereka dalam membuat pesawat bersayap besar yang
dapat terbang adalah sesuatu yang ajaib pada masa itu, dan merupakan satu-satunya
di dunia. Pada tahun 1943 Walter Horten menyatakan ketertarikannya untuk
membangun sebuah pesawat berkecepatan tinggi yang dibuat dari... kayu! Laporan
dari perkembangan DFS 194 (kemudian dinamai Messerschmitt Me 163) yang
dikepalai Profesor Lippisch makin meyakinkan Walter bahwa bahkan pesawat dari
kayu dapat membawa mesin jet atau roket dan kemudian terbang. Pada tahun 1943
dia mengajukan gagasannya kepada Panglima Luftwaffe Reichsmarschall Hermann
Göring, dan tanpa banyak cingcong proyek tersebut disetujui.
Prototipe pertama Horten IX V1 dibangun dengan berdasar pada rancangan layaknya
glider. Pengerjaannya hanya makan waktu enam bulan, dan mendapat giliran uji
terbang untuk pertama kalinya pada bulan Februari 1944 di Göppingen.
Bersamaan dengan uji terbang dari V1, sebuah prototipe kedua langsung
dikembangkan pula. V2 ditenagai oleh dua buah turbojet. Rancangannya merupakan
campuran dari berbagai tipe pesawat terdahulu, dan telah mendapat perbaikan
disana-sini. Mesin yang digunakan adalah BMW 003 dan bukannya Jumo 004 seperti
yang direncanakan semula. Roda depannya yang berukuran besar merupakan contekan
dari roda ekor pesawat Heinkel He 177, sedangkan peralatan pendarat utamanya
"dipinjam" dari Messerschmitt Bf 109 G.
Penerbangan pertama dilakukan di Oranienburg tanggal 2 Februari 1945. Pilot
pengujinya adalah Erwin Ziller. Pesawat tersebut memperlihatkan hasil yang
bagus, terutama dalam hal kualitas setirnya dengan hanya secuil instabilitas di
bagian samping (yang sekarang merupakan kekurangan utama bagi pesawat-pesawat
tak berekor modern). Penerbangan kedua sama suksesnya, meskipun roda pesawatnya
rusak akibat parasut rem yang terkembang saat mendarat. Dua minggu kemudian,
dalam penerbangan ketiga terjadilah bencana yang tidak diduga-duga. Ziller
seperti biasanya tinggal landas dengan pesawatnya untuk melakukan uji coba
lanjutan. Ketika ketinggian mencapai 800 m, salah satu mesinnya tiba-tiba
ko'it. Sang pilot yang berpengalaman tidak langsung menjerit-jerit layaknya
nenek-nenek mandi ketahuan diintip. Dia segera mendorong pesawatnya untuk
meluncur ke bawah di ketinggian rendah untuk menolong menghidupkan kembali
mesin yang ngadat. Secara mendadak di ketinggian 400 meter roda pesawatnya ngelepot (WTF?)
kembali ke dalam. Akibatnya pesawat kehilangan kecepatannya dan tak bisa
dikontrol. Erwin Ziller terbunuh ketika pesawat prototipenya menukik menabrak
tanah dan hancur lebur.
Meskipun terjadi kemunduran akibat peristiwa kecelakaan ini, proyek tersebut
tetap berlanjut dengan segala energi yang tersisa. Komponen prototipe yang
masih ada segera dipindahkan ke Gothaer Wagonfabrik (Gotha) yang berada di
Friedrichsrode. Pada bulan Maret 1945 proyek difokuskan kepada prototipe
ketiga, yang diberi nama Go 229 V3. V3 berukuran lebih besar dibandingkan
dengan kedua pendahulunya, dan bentuknya telah lebih disempurnakan lagi di
beberapa tempat, yang dimaksudkan untuk menjadi contoh bagi seri pra-produksi
pesawat tempur Go 229 A-0 yang telah dipesan oleh Luftwaffe sebanyak 20 buah.
V3 ditenagai oleh mesin Jumo 004C, dan dapat membawa dua buah kanon MK108 30mm
di pangkal sayapnya.
Tapi semuanya telah terlambat bagi Luftwaffe. Pasukan Amerika menduduki pabrik
Gotha pada tanggal 14 April 1945 dan menemukan rezeki nomplok: sebuah prototipe
V3 yang 90% selesai dikerjakan dan belum lagi diterbangkan. Empat lagi pesawat
lainnya yaitu Go 229 V4, V5, V6 dan V7 hadir juga, dengan beberapa tahap
penyelesaian. V4 dan V5 adalah prototipe dengan dua tempat duduk dan
direncanakan sebagai versi pesawat tempur malam.
Tentu saja orang-orang Amerika tidak menyia-nyiakan penemuan ini, dan segera
menggondol V3 balik ke negaranya. Para ilmuwan disana hanya bisa
terbengong-bengong menyaksikan sudah begitu jauhnya kemajuan yang telah dicapai
oleh seterunya dari Jerman. Dahsyatnya lagi, V3 masih dapat disaksikan sampai
saat ini, tepatnya di NASM's Paul E. Garber Restoration, Preservation &
Storage Facility yang berlokasi di Silver Hill, Maryland.
Dua bersaudara Walter dan Reimar Horten adalah para pionir dalam pembuatan
pesawat bersayap tanpa ekor, dan telah membangun secara berturut-turut
pesawat-pesawat 'layar' tanpa mesin berbentuk indah dengan performa menakjubkan
pada tahun 1936 s/d 1940, yang diikuti oleh sebuah contoh dengan dilengkapi dua
mesin pendorong. Pengalaman mereka dalam membuat pesawat bersayap besar yang
dapat terbang adalah sesuatu yang ajaib pada masa itu, dan merupakan satu-satunya
di dunia. Pada tahun 1943 Walter Horten menyatakan ketertarikannya untuk
membangun sebuah pesawat berkecepatan tinggi yang dibuat dari... kayu! Laporan
dari perkembangan DFS 194 (kemudian dinamai Messerschmitt Me 163) yang
dikepalai Profesor Lippisch makin meyakinkan Walter bahwa bahkan pesawat dari
kayu dapat membawa mesin jet atau roket dan kemudian terbang. Pada tahun 1943
dia mengajukan gagasannya kepada Panglima Luftwaffe Reichsmarschall Hermann
Göring, dan tanpa banyak cingcong proyek tersebut disetujui.
Bersamaan dengan uji terbang dari V1, sebuah prototipe kedua langsung
dikembangkan pula. V2 ditenagai oleh dua buah turbojet. Rancangannya merupakan
campuran dari berbagai tipe pesawat terdahulu, dan telah mendapat perbaikan
disana-sini. Mesin yang digunakan adalah BMW 003 dan bukannya Jumo 004 seperti
yang direncanakan semula. Roda depannya yang berukuran besar merupakan contekan
dari roda ekor pesawat Heinkel He 177, sedangkan peralatan pendarat utamanya
"dipinjam" dari Messerschmitt Bf 109 G.
Penerbangan pertama dilakukan di Oranienburg tanggal 2 Februari 1945. Pilot
pengujinya adalah Erwin Ziller. Pesawat tersebut memperlihatkan hasil yang
bagus, terutama dalam hal kualitas setirnya dengan hanya secuil instabilitas di
bagian samping (yang sekarang merupakan kekurangan utama bagi pesawat-pesawat
tak berekor modern). Penerbangan kedua sama suksesnya, meskipun roda pesawatnya
rusak akibat parasut rem yang terkembang saat mendarat. Dua minggu kemudian,
dalam penerbangan ketiga terjadilah bencana yang tidak diduga-duga. Ziller
seperti biasanya tinggal landas dengan pesawatnya untuk melakukan uji coba
lanjutan. Ketika ketinggian mencapai 800 m, salah satu mesinnya tiba-tiba
ko'it. Sang pilot yang berpengalaman tidak langsung menjerit-jerit layaknya
nenek-nenek mandi ketahuan diintip. Dia segera mendorong pesawatnya untuk
meluncur ke bawah di ketinggian rendah untuk menolong menghidupkan kembali
mesin yang ngadat. Secara mendadak di ketinggian 400 meter roda pesawatnya ngelepot (WTF?)
kembali ke dalam. Akibatnya pesawat kehilangan kecepatannya dan tak bisa
dikontrol. Erwin Ziller terbunuh ketika pesawat prototipenya menukik menabrak
tanah dan hancur lebur.
Meskipun terjadi kemunduran akibat peristiwa kecelakaan ini, proyek tersebut
tetap berlanjut dengan segala energi yang tersisa. Komponen prototipe yang
masih ada segera dipindahkan ke Gothaer Wagonfabrik (Gotha) yang berada di
Friedrichsrode. Pada bulan Maret 1945 proyek difokuskan kepada prototipe
ketiga, yang diberi nama Go 229 V3. V3 berukuran lebih besar dibandingkan
dengan kedua pendahulunya, dan bentuknya telah lebih disempurnakan lagi di
beberapa tempat, yang dimaksudkan untuk menjadi contoh bagi seri pra-produksi
pesawat tempur Go 229 A-0 yang telah dipesan oleh Luftwaffe sebanyak 20 buah.
V3 ditenagai oleh mesin Jumo 004C, dan dapat membawa dua buah kanon MK108 30mm
di pangkal sayapnya.
Tapi semuanya telah terlambat bagi Luftwaffe. Pasukan Amerika menduduki pabrik
Gotha pada tanggal 14 April 1945 dan menemukan rezeki nomplok: sebuah prototipe
V3 yang 90% selesai dikerjakan dan belum lagi diterbangkan. Empat lagi pesawat
lainnya yaitu Go 229 V4, V5, V6 dan V7 hadir juga, dengan beberapa tahap
penyelesaian. V4 dan V5 adalah prototipe dengan dua tempat duduk dan
direncanakan sebagai versi pesawat tempur malam.
Tentu saja orang-orang Amerika tidak menyia-nyiakan penemuan ini, dan segera
menggondol V3 balik ke negaranya. Para ilmuwan disana hanya bisa
terbengong-bengong menyaksikan sudah begitu jauhnya kemajuan yang telah dicapai
oleh seterunya dari Jerman. Dahsyatnya lagi, V3 masih dapat disaksikan sampai
saat ini, tepatnya di NASM's Paul E. Garber Restoration, Preservation &
Storage Facility yang berlokasi di Silver Hill, Maryland.
Bersamaan dengan uji terbang dari V1, sebuah prototipe kedua langsung
dikembangkan pula. V2 ditenagai oleh dua buah turbojet. Rancangannya merupakan
campuran dari berbagai tipe pesawat terdahulu, dan telah mendapat perbaikan
disana-sini. Mesin yang digunakan adalah BMW 003 dan bukannya Jumo 004 seperti
yang direncanakan semula. Roda depannya yang berukuran besar merupakan contekan
dari roda ekor pesawat Heinkel He 177, sedangkan peralatan pendarat utamanya
"dipinjam" dari Messerschmitt Bf 109 G.
Penerbangan pertama dilakukan di Oranienburg tanggal 2 Februari 1945. Pilot
pengujinya adalah Erwin Ziller. Pesawat tersebut memperlihatkan hasil yang
bagus, terutama dalam hal kualitas setirnya dengan hanya secuil instabilitas di
bagian samping (yang sekarang merupakan kekurangan utama bagi pesawat-pesawat
tak berekor modern). Penerbangan kedua sama suksesnya, meskipun roda pesawatnya
rusak akibat parasut rem yang terkembang saat mendarat. Dua minggu kemudian,
dalam penerbangan ketiga terjadilah bencana yang tidak diduga-duga. Ziller
seperti biasanya tinggal landas dengan pesawatnya untuk melakukan uji coba
lanjutan. Ketika ketinggian mencapai 800 m, salah satu mesinnya tiba-tiba
ko'it. Sang pilot yang berpengalaman tidak langsung menjerit-jerit layaknya
nenek-nenek mandi ketahuan diintip. Dia segera mendorong pesawatnya untuk
meluncur ke bawah di ketinggian rendah untuk menolong menghidupkan kembali
mesin yang ngadat. Secara mendadak di ketinggian 400 meter roda pesawatnya ngelepot (WTF?)
kembali ke dalam. Akibatnya pesawat kehilangan kecepatannya dan tak bisa
dikontrol. Erwin Ziller terbunuh ketika pesawat prototipenya menukik menabrak
tanah dan hancur lebur.
Meskipun terjadi kemunduran akibat peristiwa kecelakaan ini, proyek tersebut
tetap berlanjut dengan segala energi yang tersisa. Komponen prototipe yang
masih ada segera dipindahkan ke Gothaer Wagonfabrik (Gotha) yang berada di
Friedrichsrode. Pada bulan Maret 1945 proyek difokuskan kepada prototipe
ketiga, yang diberi nama Go 229 V3. V3 berukuran lebih besar dibandingkan
dengan kedua pendahulunya, dan bentuknya telah lebih disempurnakan lagi di
beberapa tempat, yang dimaksudkan untuk menjadi contoh bagi seri pra-produksi
pesawat tempur Go 229 A-0 yang telah dipesan oleh Luftwaffe sebanyak 20 buah.
V3 ditenagai oleh mesin Jumo 004C, dan dapat membawa dua buah kanon MK108 30mm
di pangkal sayapnya.
Tapi semuanya telah terlambat bagi Luftwaffe. Pasukan Amerika menduduki pabrik
Gotha pada tanggal 14 April 1945 dan menemukan rezeki nomplok: sebuah prototipe
V3 yang 90% selesai dikerjakan dan belum lagi diterbangkan. Empat lagi pesawat
lainnya yaitu Go 229 V4, V5, V6 dan V7 hadir juga, dengan beberapa tahap
penyelesaian. V4 dan V5 adalah prototipe dengan dua tempat duduk dan
direncanakan sebagai versi pesawat tempur malam.
Tentu saja orang-orang Amerika tidak menyia-nyiakan penemuan ini, dan segera
menggondol V3 balik ke negaranya. Para ilmuwan disana hanya bisa
terbengong-bengong menyaksikan sudah begitu jauhnya kemajuan yang telah dicapai
oleh seterunya dari Jerman. Dahsyatnya lagi, V3 masih dapat disaksikan sampai
saat ini, tepatnya di NASM's Paul E. Garber Restoration, Preservation &
Storage Facility yang berlokasi di Silver Hill, Maryland.
Penerbangan pertama dilakukan di Oranienburg tanggal 2 Februari 1945. Pilot
pengujinya adalah Erwin Ziller. Pesawat tersebut memperlihatkan hasil yang
bagus, terutama dalam hal kualitas setirnya dengan hanya secuil instabilitas di
bagian samping (yang sekarang merupakan kekurangan utama bagi pesawat-pesawat
tak berekor modern). Penerbangan kedua sama suksesnya, meskipun roda pesawatnya
rusak akibat parasut rem yang terkembang saat mendarat. Dua minggu kemudian,
dalam penerbangan ketiga terjadilah bencana yang tidak diduga-duga. Ziller
seperti biasanya tinggal landas dengan pesawatnya untuk melakukan uji coba
lanjutan. Ketika ketinggian mencapai 800 m, salah satu mesinnya tiba-tiba
ko'it. Sang pilot yang berpengalaman tidak langsung menjerit-jerit layaknya
nenek-nenek mandi ketahuan diintip. Dia segera mendorong pesawatnya untuk
meluncur ke bawah di ketinggian rendah untuk menolong menghidupkan kembali
mesin yang ngadat. Secara mendadak di ketinggian 400 meter roda pesawatnya ngelepot (WTF?)
kembali ke dalam. Akibatnya pesawat kehilangan kecepatannya dan tak bisa
dikontrol. Erwin Ziller terbunuh ketika pesawat prototipenya menukik menabrak
tanah dan hancur lebur.
Meskipun terjadi kemunduran akibat peristiwa kecelakaan ini, proyek tersebut
tetap berlanjut dengan segala energi yang tersisa. Komponen prototipe yang
masih ada segera dipindahkan ke Gothaer Wagonfabrik (Gotha) yang berada di
Friedrichsrode. Pada bulan Maret 1945 proyek difokuskan kepada prototipe
ketiga, yang diberi nama Go 229 V3. V3 berukuran lebih besar dibandingkan
dengan kedua pendahulunya, dan bentuknya telah lebih disempurnakan lagi di
beberapa tempat, yang dimaksudkan untuk menjadi contoh bagi seri pra-produksi
pesawat tempur Go 229 A-0 yang telah dipesan oleh Luftwaffe sebanyak 20 buah.
V3 ditenagai oleh mesin Jumo 004C, dan dapat membawa dua buah kanon MK108 30mm
di pangkal sayapnya.
Tapi semuanya telah terlambat bagi Luftwaffe. Pasukan Amerika menduduki pabrik
Gotha pada tanggal 14 April 1945 dan menemukan rezeki nomplok: sebuah prototipe
V3 yang 90% selesai dikerjakan dan belum lagi diterbangkan. Empat lagi pesawat
lainnya yaitu Go 229 V4, V5, V6 dan V7 hadir juga, dengan beberapa tahap
penyelesaian. V4 dan V5 adalah prototipe dengan dua tempat duduk dan
direncanakan sebagai versi pesawat tempur malam.
Tentu saja orang-orang Amerika tidak menyia-nyiakan penemuan ini, dan segera
menggondol V3 balik ke negaranya. Para ilmuwan disana hanya bisa
terbengong-bengong menyaksikan sudah begitu jauhnya kemajuan yang telah dicapai
oleh seterunya dari Jerman. Dahsyatnya lagi, V3 masih dapat disaksikan sampai
saat ini, tepatnya di NASM's Paul E. Garber Restoration, Preservation &
Storage Facility yang berlokasi di Silver Hill, Maryland.
Meskipun terjadi kemunduran akibat peristiwa kecelakaan ini, proyek tersebut
tetap berlanjut dengan segala energi yang tersisa. Komponen prototipe yang
masih ada segera dipindahkan ke Gothaer Wagonfabrik (Gotha) yang berada di
Friedrichsrode. Pada bulan Maret 1945 proyek difokuskan kepada prototipe
ketiga, yang diberi nama Go 229 V3. V3 berukuran lebih besar dibandingkan
dengan kedua pendahulunya, dan bentuknya telah lebih disempurnakan lagi di
beberapa tempat, yang dimaksudkan untuk menjadi contoh bagi seri pra-produksi
pesawat tempur Go 229 A-0 yang telah dipesan oleh Luftwaffe sebanyak 20 buah.
V3 ditenagai oleh mesin Jumo 004C, dan dapat membawa dua buah kanon MK108 30mm
di pangkal sayapnya.
Tapi semuanya telah terlambat bagi Luftwaffe. Pasukan Amerika menduduki pabrik
Gotha pada tanggal 14 April 1945 dan menemukan rezeki nomplok: sebuah prototipe
V3 yang 90% selesai dikerjakan dan belum lagi diterbangkan. Empat lagi pesawat
lainnya yaitu Go 229 V4, V5, V6 dan V7 hadir juga, dengan beberapa tahap
penyelesaian. V4 dan V5 adalah prototipe dengan dua tempat duduk dan
direncanakan sebagai versi pesawat tempur malam.
Tentu saja orang-orang Amerika tidak menyia-nyiakan penemuan ini, dan segera
menggondol V3 balik ke negaranya. Para ilmuwan disana hanya bisa
terbengong-bengong menyaksikan sudah begitu jauhnya kemajuan yang telah dicapai
oleh seterunya dari Jerman. Dahsyatnya lagi, V3 masih dapat disaksikan sampai
saat ini, tepatnya di NASM's Paul E. Garber Restoration, Preservation &
Storage Facility yang berlokasi di Silver Hill, Maryland.
Tapi semuanya telah terlambat bagi Luftwaffe. Pasukan Amerika menduduki pabrik
Gotha pada tanggal 14 April 1945 dan menemukan rezeki nomplok: sebuah prototipe
V3 yang 90% selesai dikerjakan dan belum lagi diterbangkan. Empat lagi pesawat
lainnya yaitu Go 229 V4, V5, V6 dan V7 hadir juga, dengan beberapa tahap
penyelesaian. V4 dan V5 adalah prototipe dengan dua tempat duduk dan
direncanakan sebagai versi pesawat tempur malam.
Tentu saja orang-orang Amerika tidak menyia-nyiakan penemuan ini, dan segera
menggondol V3 balik ke negaranya. Para ilmuwan disana hanya bisa
terbengong-bengong menyaksikan sudah begitu jauhnya kemajuan yang telah dicapai
oleh seterunya dari Jerman. Dahsyatnya lagi, V3 masih dapat disaksikan sampai
saat ini, tepatnya di NASM's Paul E. Garber Restoration, Preservation &
Storage Facility yang berlokasi di Silver Hill, Maryland.
Tentu saja orang-orang Amerika tidak menyia-nyiakan penemuan ini, dan segera
menggondol V3 balik ke negaranya. Para ilmuwan disana hanya bisa
terbengong-bengong menyaksikan sudah begitu jauhnya kemajuan yang telah dicapai
oleh seterunya dari Jerman. Dahsyatnya lagi, V3 masih dapat disaksikan sampai
saat ini, tepatnya di NASM's Paul E. Garber Restoration, Preservation &
Storage Facility yang berlokasi di Silver Hill, Maryland.
Bersamaan dengan uji terbang dari V1, sebuah prototipe kedua langsung
dikembangkan pula. V2 ditenagai oleh dua buah turbojet. Rancangannya merupakan
campuran dari berbagai tipe pesawat terdahulu, dan telah mendapat perbaikan
disana-sini. Mesin yang digunakan adalah BMW 003 dan bukannya Jumo 004 seperti
yang direncanakan semula. Roda depannya yang berukuran besar merupakan contekan
dari roda ekor pesawat Heinkel He 177, sedangkan peralatan pendarat utamanya
"dipinjam" dari Messerschmitt Bf 109 G.
Penerbangan pertama dilakukan di Oranienburg tanggal 2 Februari 1945. Pilot
pengujinya adalah Erwin Ziller. Pesawat tersebut memperlihatkan hasil yang
bagus, terutama dalam hal kualitas setirnya dengan hanya secuil instabilitas di
bagian samping (yang sekarang merupakan kekurangan utama bagi pesawat-pesawat
tak berekor modern). Penerbangan kedua sama suksesnya, meskipun roda pesawatnya
rusak akibat parasut rem yang terkembang saat mendarat. Dua minggu kemudian,
dalam penerbangan ketiga terjadilah bencana yang tidak diduga-duga. Ziller
seperti biasanya tinggal landas dengan pesawatnya untuk melakukan uji coba
lanjutan. Ketika ketinggian mencapai 800 m, salah satu mesinnya tiba-tiba
ko'it. Sang pilot yang berpengalaman tidak langsung menjerit-jerit layaknya
nenek-nenek mandi ketahuan diintip. Dia segera mendorong pesawatnya untuk
meluncur ke bawah di ketinggian rendah untuk menolong menghidupkan kembali
mesin yang ngadat. Secara mendadak di ketinggian 400 meter roda pesawatnya ngelepot (WTF?)
kembali ke dalam. Akibatnya pesawat kehilangan kecepatannya dan tak bisa
dikontrol. Erwin Ziller terbunuh ketika pesawat prototipenya menukik menabrak
tanah dan hancur lebur.
Meskipun terjadi kemunduran akibat peristiwa kecelakaan ini, proyek tersebut
tetap berlanjut dengan segala energi yang tersisa. Komponen prototipe yang
masih ada segera dipindahkan ke Gothaer Wagonfabrik (Gotha) yang berada di
Friedrichsrode. Pada bulan Maret 1945 proyek difokuskan kepada prototipe
ketiga, yang diberi nama Go 229 V3. V3 berukuran lebih besar dibandingkan
dengan kedua pendahulunya, dan bentuknya telah lebih disempurnakan lagi di
beberapa tempat, yang dimaksudkan untuk menjadi contoh bagi seri pra-produksi
pesawat tempur Go 229 A-0 yang telah dipesan oleh Luftwaffe sebanyak 20 buah.
V3 ditenagai oleh mesin Jumo 004C, dan dapat membawa dua buah kanon MK108 30mm
di pangkal sayapnya.
Tapi semuanya telah terlambat bagi Luftwaffe. Pasukan Amerika menduduki pabrik
Gotha pada tanggal 14 April 1945 dan menemukan rezeki nomplok: sebuah prototipe
V3 yang 90% selesai dikerjakan dan belum lagi diterbangkan. Empat lagi pesawat
lainnya yaitu Go 229 V4, V5, V6 dan V7 hadir juga, dengan beberapa tahap
penyelesaian. V4 dan V5 adalah prototipe dengan dua tempat duduk dan
direncanakan sebagai versi pesawat tempur malam.
Tentu saja orang-orang Amerika tidak menyia-nyiakan penemuan ini, dan segera
menggondol V3 balik ke negaranya. Para ilmuwan disana hanya bisa
terbengong-bengong menyaksikan sudah begitu jauhnya kemajuan yang telah dicapai
oleh seterunya dari Jerman. Dahsyatnya lagi, V3 masih dapat disaksikan sampai
saat ini, tepatnya di NASM's Paul E. Garber Restoration, Preservation &
Storage Facility yang berlokasi di Silver Hill, Maryland.
Penerbangan pertama dilakukan di Oranienburg tanggal 2 Februari 1945. Pilot
pengujinya adalah Erwin Ziller. Pesawat tersebut memperlihatkan hasil yang
bagus, terutama dalam hal kualitas setirnya dengan hanya secuil instabilitas di
bagian samping (yang sekarang merupakan kekurangan utama bagi pesawat-pesawat
tak berekor modern). Penerbangan kedua sama suksesnya, meskipun roda pesawatnya
rusak akibat parasut rem yang terkembang saat mendarat. Dua minggu kemudian,
dalam penerbangan ketiga terjadilah bencana yang tidak diduga-duga. Ziller
seperti biasanya tinggal landas dengan pesawatnya untuk melakukan uji coba
lanjutan. Ketika ketinggian mencapai 800 m, salah satu mesinnya tiba-tiba
ko'it. Sang pilot yang berpengalaman tidak langsung menjerit-jerit layaknya
nenek-nenek mandi ketahuan diintip. Dia segera mendorong pesawatnya untuk
meluncur ke bawah di ketinggian rendah untuk menolong menghidupkan kembali
mesin yang ngadat. Secara mendadak di ketinggian 400 meter roda pesawatnya ngelepot (WTF?)
kembali ke dalam. Akibatnya pesawat kehilangan kecepatannya dan tak bisa
dikontrol. Erwin Ziller terbunuh ketika pesawat prototipenya menukik menabrak
tanah dan hancur lebur.
Meskipun terjadi kemunduran akibat peristiwa kecelakaan ini, proyek tersebut
tetap berlanjut dengan segala energi yang tersisa. Komponen prototipe yang
masih ada segera dipindahkan ke Gothaer Wagonfabrik (Gotha) yang berada di
Friedrichsrode. Pada bulan Maret 1945 proyek difokuskan kepada prototipe
ketiga, yang diberi nama Go 229 V3. V3 berukuran lebih besar dibandingkan
dengan kedua pendahulunya, dan bentuknya telah lebih disempurnakan lagi di
beberapa tempat, yang dimaksudkan untuk menjadi contoh bagi seri pra-produksi
pesawat tempur Go 229 A-0 yang telah dipesan oleh Luftwaffe sebanyak 20 buah.
V3 ditenagai oleh mesin Jumo 004C, dan dapat membawa dua buah kanon MK108 30mm
di pangkal sayapnya.
Tapi semuanya telah terlambat bagi Luftwaffe. Pasukan Amerika menduduki pabrik
Gotha pada tanggal 14 April 1945 dan menemukan rezeki nomplok: sebuah prototipe
V3 yang 90% selesai dikerjakan dan belum lagi diterbangkan. Empat lagi pesawat
lainnya yaitu Go 229 V4, V5, V6 dan V7 hadir juga, dengan beberapa tahap
penyelesaian. V4 dan V5 adalah prototipe dengan dua tempat duduk dan
direncanakan sebagai versi pesawat tempur malam.
Tentu saja orang-orang Amerika tidak menyia-nyiakan penemuan ini, dan segera
menggondol V3 balik ke negaranya. Para ilmuwan disana hanya bisa
terbengong-bengong menyaksikan sudah begitu jauhnya kemajuan yang telah dicapai
oleh seterunya dari Jerman. Dahsyatnya lagi, V3 masih dapat disaksikan sampai
saat ini, tepatnya di NASM's Paul E. Garber Restoration, Preservation &
Storage Facility yang berlokasi di Silver Hill, Maryland.
Meskipun terjadi kemunduran akibat peristiwa kecelakaan ini, proyek tersebut
tetap berlanjut dengan segala energi yang tersisa. Komponen prototipe yang
masih ada segera dipindahkan ke Gothaer Wagonfabrik (Gotha) yang berada di
Friedrichsrode. Pada bulan Maret 1945 proyek difokuskan kepada prototipe
ketiga, yang diberi nama Go 229 V3. V3 berukuran lebih besar dibandingkan
dengan kedua pendahulunya, dan bentuknya telah lebih disempurnakan lagi di
beberapa tempat, yang dimaksudkan untuk menjadi contoh bagi seri pra-produksi
pesawat tempur Go 229 A-0 yang telah dipesan oleh Luftwaffe sebanyak 20 buah.
V3 ditenagai oleh mesin Jumo 004C, dan dapat membawa dua buah kanon MK108 30mm
di pangkal sayapnya.
Tapi semuanya telah terlambat bagi Luftwaffe. Pasukan Amerika menduduki pabrik
Gotha pada tanggal 14 April 1945 dan menemukan rezeki nomplok: sebuah prototipe
V3 yang 90% selesai dikerjakan dan belum lagi diterbangkan. Empat lagi pesawat
lainnya yaitu Go 229 V4, V5, V6 dan V7 hadir juga, dengan beberapa tahap
penyelesaian. V4 dan V5 adalah prototipe dengan dua tempat duduk dan
direncanakan sebagai versi pesawat tempur malam.
Tentu saja orang-orang Amerika tidak menyia-nyiakan penemuan ini, dan segera
menggondol V3 balik ke negaranya. Para ilmuwan disana hanya bisa
terbengong-bengong menyaksikan sudah begitu jauhnya kemajuan yang telah dicapai
oleh seterunya dari Jerman. Dahsyatnya lagi, V3 masih dapat disaksikan sampai
saat ini, tepatnya di NASM's Paul E. Garber Restoration, Preservation &
Storage Facility yang berlokasi di Silver Hill, Maryland.
Tapi semuanya telah terlambat bagi Luftwaffe. Pasukan Amerika menduduki pabrik
Gotha pada tanggal 14 April 1945 dan menemukan rezeki nomplok: sebuah prototipe
V3 yang 90% selesai dikerjakan dan belum lagi diterbangkan. Empat lagi pesawat
lainnya yaitu Go 229 V4, V5, V6 dan V7 hadir juga, dengan beberapa tahap
penyelesaian. V4 dan V5 adalah prototipe dengan dua tempat duduk dan
direncanakan sebagai versi pesawat tempur malam.
Tentu saja orang-orang Amerika tidak menyia-nyiakan penemuan ini, dan segera
menggondol V3 balik ke negaranya. Para ilmuwan disana hanya bisa
terbengong-bengong menyaksikan sudah begitu jauhnya kemajuan yang telah dicapai
oleh seterunya dari Jerman. Dahsyatnya lagi, V3 masih dapat disaksikan sampai
saat ini, tepatnya di NASM's Paul E. Garber Restoration, Preservation &
Storage Facility yang berlokasi di Silver Hill, Maryland.
Tentu saja orang-orang Amerika tidak menyia-nyiakan penemuan ini, dan segera
menggondol V3 balik ke negaranya. Para ilmuwan disana hanya bisa
terbengong-bengong menyaksikan sudah begitu jauhnya kemajuan yang telah dicapai
oleh seterunya dari Jerman. Dahsyatnya lagi, V3 masih dapat disaksikan sampai
saat ini, tepatnya di NASM's Paul E. Garber Restoration, Preservation &
Storage Facility yang berlokasi di Silver Hill, Maryland.
Penerbangan pertama dilakukan di Oranienburg tanggal 2 Februari 1945. Pilot
pengujinya adalah Erwin Ziller. Pesawat tersebut memperlihatkan hasil yang
bagus, terutama dalam hal kualitas setirnya dengan hanya secuil instabilitas di
bagian samping (yang sekarang merupakan kekurangan utama bagi pesawat-pesawat
tak berekor modern). Penerbangan kedua sama suksesnya, meskipun roda pesawatnya
rusak akibat parasut rem yang terkembang saat mendarat. Dua minggu kemudian,
dalam penerbangan ketiga terjadilah bencana yang tidak diduga-duga. Ziller
seperti biasanya tinggal landas dengan pesawatnya untuk melakukan uji coba
lanjutan. Ketika ketinggian mencapai 800 m, salah satu mesinnya tiba-tiba
ko'it. Sang pilot yang berpengalaman tidak langsung menjerit-jerit layaknya
nenek-nenek mandi ketahuan diintip. Dia segera mendorong pesawatnya untuk
meluncur ke bawah di ketinggian rendah untuk menolong menghidupkan kembali
mesin yang ngadat. Secara mendadak di ketinggian 400 meter roda pesawatnya ngelepot (WTF?)
kembali ke dalam. Akibatnya pesawat kehilangan kecepatannya dan tak bisa
dikontrol. Erwin Ziller terbunuh ketika pesawat prototipenya menukik menabrak
tanah dan hancur lebur.
Meskipun terjadi kemunduran akibat peristiwa kecelakaan ini, proyek tersebut
tetap berlanjut dengan segala energi yang tersisa. Komponen prototipe yang
masih ada segera dipindahkan ke Gothaer Wagonfabrik (Gotha) yang berada di
Friedrichsrode. Pada bulan Maret 1945 proyek difokuskan kepada prototipe
ketiga, yang diberi nama Go 229 V3. V3 berukuran lebih besar dibandingkan
dengan kedua pendahulunya, dan bentuknya telah lebih disempurnakan lagi di
beberapa tempat, yang dimaksudkan untuk menjadi contoh bagi seri pra-produksi
pesawat tempur Go 229 A-0 yang telah dipesan oleh Luftwaffe sebanyak 20 buah.
V3 ditenagai oleh mesin Jumo 004C, dan dapat membawa dua buah kanon MK108 30mm
di pangkal sayapnya.
Tapi semuanya telah terlambat bagi Luftwaffe. Pasukan Amerika menduduki pabrik
Gotha pada tanggal 14 April 1945 dan menemukan rezeki nomplok: sebuah prototipe
V3 yang 90% selesai dikerjakan dan belum lagi diterbangkan. Empat lagi pesawat
lainnya yaitu Go 229 V4, V5, V6 dan V7 hadir juga, dengan beberapa tahap
penyelesaian. V4 dan V5 adalah prototipe dengan dua tempat duduk dan
direncanakan sebagai versi pesawat tempur malam.
Tentu saja orang-orang Amerika tidak menyia-nyiakan penemuan ini, dan segera
menggondol V3 balik ke negaranya. Para ilmuwan disana hanya bisa
terbengong-bengong menyaksikan sudah begitu jauhnya kemajuan yang telah dicapai
oleh seterunya dari Jerman. Dahsyatnya lagi, V3 masih dapat disaksikan sampai
saat ini, tepatnya di NASM's Paul E. Garber Restoration, Preservation &
Storage Facility yang berlokasi di Silver Hill, Maryland.
Meskipun terjadi kemunduran akibat peristiwa kecelakaan ini, proyek tersebut
tetap berlanjut dengan segala energi yang tersisa. Komponen prototipe yang
masih ada segera dipindahkan ke Gothaer Wagonfabrik (Gotha) yang berada di
Friedrichsrode. Pada bulan Maret 1945 proyek difokuskan kepada prototipe
ketiga, yang diberi nama Go 229 V3. V3 berukuran lebih besar dibandingkan
dengan kedua pendahulunya, dan bentuknya telah lebih disempurnakan lagi di
beberapa tempat, yang dimaksudkan untuk menjadi contoh bagi seri pra-produksi
pesawat tempur Go 229 A-0 yang telah dipesan oleh Luftwaffe sebanyak 20 buah.
V3 ditenagai oleh mesin Jumo 004C, dan dapat membawa dua buah kanon MK108 30mm
di pangkal sayapnya.
Tapi semuanya telah terlambat bagi Luftwaffe. Pasukan Amerika menduduki pabrik
Gotha pada tanggal 14 April 1945 dan menemukan rezeki nomplok: sebuah prototipe
V3 yang 90% selesai dikerjakan dan belum lagi diterbangkan. Empat lagi pesawat
lainnya yaitu Go 229 V4, V5, V6 dan V7 hadir juga, dengan beberapa tahap
penyelesaian. V4 dan V5 adalah prototipe dengan dua tempat duduk dan
direncanakan sebagai versi pesawat tempur malam.
Tentu saja orang-orang Amerika tidak menyia-nyiakan penemuan ini, dan segera
menggondol V3 balik ke negaranya. Para ilmuwan disana hanya bisa
terbengong-bengong menyaksikan sudah begitu jauhnya kemajuan yang telah dicapai
oleh seterunya dari Jerman. Dahsyatnya lagi, V3 masih dapat disaksikan sampai
saat ini, tepatnya di NASM's Paul E. Garber Restoration, Preservation &
Storage Facility yang berlokasi di Silver Hill, Maryland.
Tapi semuanya telah terlambat bagi Luftwaffe. Pasukan Amerika menduduki pabrik
Gotha pada tanggal 14 April 1945 dan menemukan rezeki nomplok: sebuah prototipe
V3 yang 90% selesai dikerjakan dan belum lagi diterbangkan. Empat lagi pesawat
lainnya yaitu Go 229 V4, V5, V6 dan V7 hadir juga, dengan beberapa tahap
penyelesaian. V4 dan V5 adalah prototipe dengan dua tempat duduk dan
direncanakan sebagai versi pesawat tempur malam.
Tentu saja orang-orang Amerika tidak menyia-nyiakan penemuan ini, dan segera
menggondol V3 balik ke negaranya. Para ilmuwan disana hanya bisa
terbengong-bengong menyaksikan sudah begitu jauhnya kemajuan yang telah dicapai
oleh seterunya dari Jerman. Dahsyatnya lagi, V3 masih dapat disaksikan sampai
saat ini, tepatnya di NASM's Paul E. Garber Restoration, Preservation &
Storage Facility yang berlokasi di Silver Hill, Maryland.
Tentu saja orang-orang Amerika tidak menyia-nyiakan penemuan ini, dan segera
menggondol V3 balik ke negaranya. Para ilmuwan disana hanya bisa
terbengong-bengong menyaksikan sudah begitu jauhnya kemajuan yang telah dicapai
oleh seterunya dari Jerman. Dahsyatnya lagi, V3 masih dapat disaksikan sampai
saat ini, tepatnya di NASM's Paul E. Garber Restoration, Preservation &
Storage Facility yang berlokasi di Silver Hill, Maryland.
Meskipun terjadi kemunduran akibat peristiwa kecelakaan ini, proyek tersebut
tetap berlanjut dengan segala energi yang tersisa. Komponen prototipe yang
masih ada segera dipindahkan ke Gothaer Wagonfabrik (Gotha) yang berada di
Friedrichsrode. Pada bulan Maret 1945 proyek difokuskan kepada prototipe
ketiga, yang diberi nama Go 229 V3. V3 berukuran lebih besar dibandingkan
dengan kedua pendahulunya, dan bentuknya telah lebih disempurnakan lagi di
beberapa tempat, yang dimaksudkan untuk menjadi contoh bagi seri pra-produksi
pesawat tempur Go 229 A-0 yang telah dipesan oleh Luftwaffe sebanyak 20 buah.
V3 ditenagai oleh mesin Jumo 004C, dan dapat membawa dua buah kanon MK108 30mm
di pangkal sayapnya.
Tapi semuanya telah terlambat bagi Luftwaffe. Pasukan Amerika menduduki pabrik
Gotha pada tanggal 14 April 1945 dan menemukan rezeki nomplok: sebuah prototipe
V3 yang 90% selesai dikerjakan dan belum lagi diterbangkan. Empat lagi pesawat
lainnya yaitu Go 229 V4, V5, V6 dan V7 hadir juga, dengan beberapa tahap
penyelesaian. V4 dan V5 adalah prototipe dengan dua tempat duduk dan
direncanakan sebagai versi pesawat tempur malam.
Tentu saja orang-orang Amerika tidak menyia-nyiakan penemuan ini, dan segera
menggondol V3 balik ke negaranya. Para ilmuwan disana hanya bisa
terbengong-bengong menyaksikan sudah begitu jauhnya kemajuan yang telah dicapai
oleh seterunya dari Jerman. Dahsyatnya lagi, V3 masih dapat disaksikan sampai
saat ini, tepatnya di NASM's Paul E. Garber Restoration, Preservation &
Storage Facility yang berlokasi di Silver Hill, Maryland.
Tapi semuanya telah terlambat bagi Luftwaffe. Pasukan Amerika menduduki pabrik
Gotha pada tanggal 14 April 1945 dan menemukan rezeki nomplok: sebuah prototipe
V3 yang 90% selesai dikerjakan dan belum lagi diterbangkan. Empat lagi pesawat
lainnya yaitu Go 229 V4, V5, V6 dan V7 hadir juga, dengan beberapa tahap
penyelesaian. V4 dan V5 adalah prototipe dengan dua tempat duduk dan
direncanakan sebagai versi pesawat tempur malam.
Tentu saja orang-orang Amerika tidak menyia-nyiakan penemuan ini, dan segera
menggondol V3 balik ke negaranya. Para ilmuwan disana hanya bisa
terbengong-bengong menyaksikan sudah begitu jauhnya kemajuan yang telah dicapai
oleh seterunya dari Jerman. Dahsyatnya lagi, V3 masih dapat disaksikan sampai
saat ini, tepatnya di NASM's Paul E. Garber Restoration, Preservation &
Storage Facility yang berlokasi di Silver Hill, Maryland.
Tentu saja orang-orang Amerika tidak menyia-nyiakan penemuan ini, dan segera
menggondol V3 balik ke negaranya. Para ilmuwan disana hanya bisa
terbengong-bengong menyaksikan sudah begitu jauhnya kemajuan yang telah dicapai
oleh seterunya dari Jerman. Dahsyatnya lagi, V3 masih dapat disaksikan sampai
saat ini, tepatnya di NASM's Paul E. Garber Restoration, Preservation &
Storage Facility yang berlokasi di Silver Hill, Maryland.
Tapi semuanya telah terlambat bagi Luftwaffe. Pasukan Amerika menduduki pabrik
Gotha pada tanggal 14 April 1945 dan menemukan rezeki nomplok: sebuah prototipe
V3 yang 90% selesai dikerjakan dan belum lagi diterbangkan. Empat lagi pesawat
lainnya yaitu Go 229 V4, V5, V6 dan V7 hadir juga, dengan beberapa tahap
penyelesaian. V4 dan V5 adalah prototipe dengan dua tempat duduk dan
direncanakan sebagai versi pesawat tempur malam.
Tentu saja orang-orang Amerika tidak menyia-nyiakan penemuan ini, dan segera
menggondol V3 balik ke negaranya. Para ilmuwan disana hanya bisa
terbengong-bengong menyaksikan sudah begitu jauhnya kemajuan yang telah dicapai
oleh seterunya dari Jerman. Dahsyatnya lagi, V3 masih dapat disaksikan sampai
saat ini, tepatnya di NASM's Paul E. Garber Restoration, Preservation &
Storage Facility yang berlokasi di Silver Hill, Maryland.
Tentu saja orang-orang Amerika tidak menyia-nyiakan penemuan ini, dan segera
menggondol V3 balik ke negaranya. Para ilmuwan disana hanya bisa
terbengong-bengong menyaksikan sudah begitu jauhnya kemajuan yang telah dicapai
oleh seterunya dari Jerman. Dahsyatnya lagi, V3 masih dapat disaksikan sampai
saat ini, tepatnya di NASM's Paul E. Garber Restoration, Preservation &
Storage Facility yang berlokasi di Silver Hill, Maryland.
Tentu saja orang-orang Amerika tidak menyia-nyiakan penemuan ini, dan segera
menggondol V3 balik ke negaranya. Para ilmuwan disana hanya bisa
terbengong-bengong menyaksikan sudah begitu jauhnya kemajuan yang telah dicapai
oleh seterunya dari Jerman. Dahsyatnya lagi, V3 masih dapat disaksikan sampai
saat ini, tepatnya di NASM's Paul E. Garber Restoration, Preservation &
Storage Facility yang berlokasi di Silver Hill, Maryland.
Prototipe pertama Horten IX V1 dibangun dengan berdasar pada rancangan layaknya
glider. Pengerjaannya hanya makan waktu enam bulan, dan mendapat giliran uji
terbang untuk pertama kalinya pada bulan Februari 1944 di Göppingen.
Prototipe pertama Horten IX V1 dibangun dengan berdasar pada rancangan layaknya
glider. Pengerjaannya hanya makan waktu enam bulan, dan mendapat giliran uji
terbang untuk pertama kalinya pada bulan Februari 1944 di Göppingen.
Bersamaan dengan uji terbang dari V1, sebuah prototipe kedua langsung
dikembangkan pula. V2 ditenagai oleh dua buah turbojet. Rancangannya merupakan
campuran dari berbagai tipe pesawat terdahulu, dan telah mendapat perbaikan
disana-sini. Mesin yang digunakan adalah BMW 003 dan bukannya Jumo 004 seperti
yang direncanakan semula. Roda depannya yang berukuran besar merupakan contekan
dari roda ekor pesawat Heinkel He 177, sedangkan peralatan pendarat utamanya
"dipinjam" dari Messerschmitt Bf 109 G.
Penerbangan pertama dilakukan di Oranienburg tanggal 2 Februari 1945. Pilot
pengujinya adalah Erwin Ziller. Pesawat tersebut memperlihatkan hasil yang
bagus, terutama dalam hal kualitas setirnya dengan hanya secuil instabilitas di
bagian samping (yang sekarang merupakan kekurangan utama bagi pesawat-pesawat
tak berekor modern). Penerbangan kedua sama suksesnya, meskipun roda pesawatnya
rusak akibat parasut rem yang terkembang saat mendarat. Dua minggu kemudian,
dalam penerbangan ketiga terjadilah bencana yang tidak diduga-duga. Ziller
seperti biasanya tinggal landas dengan pesawatnya untuk melakukan uji coba
lanjutan. Ketika ketinggian mencapai 800 m, salah satu mesinnya tiba-tiba
ko'it. Sang pilot yang berpengalaman tidak langsung menjerit-jerit layaknya
nenek-nenek mandi ketahuan diintip. Dia segera mendorong pesawatnya untuk
meluncur ke bawah di ketinggian rendah untuk menolong menghidupkan kembali
mesin yang ngadat. Secara mendadak di ketinggian 400 meter roda pesawatnya ngelepot (WTF?)
kembali ke dalam. Akibatnya pesawat kehilangan kecepatannya dan tak bisa
dikontrol. Erwin Ziller terbunuh ketika pesawat prototipenya menukik menabrak
tanah dan hancur lebur.
Meskipun terjadi kemunduran akibat peristiwa kecelakaan ini, proyek tersebut
tetap berlanjut dengan segala energi yang tersisa. Komponen prototipe yang
masih ada segera dipindahkan ke Gothaer Wagonfabrik (Gotha) yang berada di
Friedrichsrode. Pada bulan Maret 1945 proyek difokuskan kepada prototipe
ketiga, yang diberi nama Go 229 V3. V3 berukuran lebih besar dibandingkan
dengan kedua pendahulunya, dan bentuknya telah lebih disempurnakan lagi di
beberapa tempat, yang dimaksudkan untuk menjadi contoh bagi seri pra-produksi
pesawat tempur Go 229 A-0 yang telah dipesan oleh Luftwaffe sebanyak 20 buah.
V3 ditenagai oleh mesin Jumo 004C, dan dapat membawa dua buah kanon MK108 30mm
di pangkal sayapnya.
Tapi semuanya telah terlambat bagi Luftwaffe. Pasukan Amerika menduduki pabrik
Gotha pada tanggal 14 April 1945 dan menemukan rezeki nomplok: sebuah prototipe
V3 yang 90% selesai dikerjakan dan belum lagi diterbangkan. Empat lagi pesawat
lainnya yaitu Go 229 V4, V5, V6 dan V7 hadir juga, dengan beberapa tahap
penyelesaian. V4 dan V5 adalah prototipe dengan dua tempat duduk dan
direncanakan sebagai versi pesawat tempur malam.
Tentu saja orang-orang Amerika tidak menyia-nyiakan penemuan ini, dan segera
menggondol V3 balik ke negaranya. Para ilmuwan disana hanya bisa
terbengong-bengong menyaksikan sudah begitu jauhnya kemajuan yang telah dicapai
oleh seterunya dari Jerman. Dahsyatnya lagi, V3 masih dapat disaksikan sampai
saat ini, tepatnya di NASM's Paul E. Garber Restoration, Preservation &
Storage Facility yang berlokasi di Silver Hill, Maryland.